Advertisement

Tragedi Melaut di Tanjung Sakeben, ABK KM. Sumber Rizki Gugur Terjerat Jaring

BANYUWANGI // Radarrepublik.com – Musibah laut kembali terjadi di perairan Banyuwangi. Seorang anak buah kapal (ABK) KM. Sumber Rizki, bernama Asbolah Maulana (55), warga Dusun Kalimati, Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, tewas tragis setelah terjerat jaring saat melaut di perairan Tanjung Sakeben pada Jumat (19/9/2025) malam.

Informasi yang dihimpun menyebutkan, sekitar pukul 15.00 WIB kapal berangkat dari Pelabuhan Brak Kalimoro menuju perairan Tanjung Sakeben untuk mencari ikan. Sekitar pukul 19.00 WIB, seluruh ABK melakukan aktivitas “tawur jaring” atau menebar jaring ke laut.

Nahas, saat proses pelepasan timah pemberat jaring, kaki korban tiba-tiba terjerat tali timah. Ia terseret masuk ke dalam bentangan jaring yang diturunkan ke laut. Para ABK sempat berupaya melakukan pertolongan, namun korban sulit dilepaskan karena jaring sudah terendam dan mengembang di dasar laut.

Setelah satu jam pencarian, tubuh korban akhirnya berhasil ditarik ke atas kapal. Namun, nyawanya sudah tidak tertolong. Jenazah Asbolah Maulana langsung dibawa kembali ke Pelabuhan Muncar dan kemudian diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.

Juragan laut KM. Sumber Rizki, Nawi (55), bersama salah satu ABK, Jatim (47), yang menjadi saksi mata membenarkan peristiwa nahas tersebut.

“Korban terseret begitu cepat hingga kami semua panik. Setelah dilakukan pencarian, korban akhirnya berhasil ditemukan, namun dalam kondisi sudah tidak bernyawa di dalam jaring,” ungkap salah seorang saksi dengan nada pilu.

Kasat Polairud Polresta Banyuwangi, Kompol Muchammad Wahyudi, A.Md., S.H., membenarkan insiden laka laut tersebut.

“Benar, telah terjadi kecelakaan kerja di laut yang menimpa salah satu ABK KM. Sumber Rizki. Korban meninggal dunia akibat terjerat jaring saat proses penangkapan ikan. Peristiwa ini murni musibah, tidak ada unsur kesengajaan,” tegasnya.

Ia juga mengimbau kepada seluruh nelayan agar selalu berhati-hati dan mengutamakan keselamatan kerja saat melaut.

“Kami dari Satpolairud turut berduka cita yang sedalam-dalamnya, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” ucapnya.

Musibah ini kembali menjadi pengingat, betapa berisikonya profesi nelayan yang setiap hari bertaruh nyawa di tengah lautan demi menghidupi keluarga. (rag/bp-bwi)

Berita Terkait

Advertisement

Populer

Advertisement