BANYUWANGI // Radarrepublik.com – Aktivis Filsafat Logika, Raden Teguh Firmansyah, melontarkan kritik keras yang mengguncang Banyuwangi. Ia menuding keberadaan tambang emas Tumpang Pitu di Kecamatan Pesanggaran sebagai bentuk penjajahan gaya baru yang dibiarkan oleh pemerintah daerah. Senin. 22/9/2025.
Raden Teguh menyoroti Bupati Banyuwangi beserta suaminya, mantan Bupati Banyuwangi Azwar Anas, yang dianggap gagal melindungi kekayaan alam milik rakyat.
“Ribuan ton emas di perut Tumpang Pitu diambil habis-habisan, tetapi rakyat Banyuwangi tetap miskin. Ke mana emas itu? Siapa yang menikmatinya? Mengapa rakyat hanya dapat debu, limbah, dan kerusakan lingkungan?” tegas Raden dengan nada geram.
Menurutnya, PT. BSI dan para pengusaha asing yang mengelola tambang emas tidak lebih dari perampok berseragam rapi yang merampas kekayaan Banyuwangi dengan restu penguasa,
“Ini bukan investasi, ini perampokan terstruktur! Pemerintah daerah dan pusat harus bertanggung jawab! Hentikan tambang Tumpang Pitu sebelum rakyat Banyuwangi benar-benar kehilangan tanah, hutan, laut, dan masa depan!” ujarnya lantang.
Raden Teguh Firmansyah menyerukan perlawanan moral dan politik dari masyarakat, akademisi, dan aktivis lingkungan untuk menuntut keadilan.
“Kami mendesak agar izin tambang dicabut, audit kekayaan alam dilakukan secara terbuka, dan hasil tambang dikembalikan untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk memperkaya korporasi asing!”pungkasnya.
Rilis ini menjadi alarm keras bagi seluruh pemangku kebijakan, bahwa rakyat Banyuwangi sudah jengah dan menolak menjadi korban eksploitasi berkedok pembangunan.