Advertisement

BRIN Tekankan Sinergi Riset Sebagai Upaya Eliminasi HIV/AIDS di 2030

[ad_1]

KOMPAS.comHari AIDS Sedunia 2024 yang diperingati tiap 1 Desember menjadi peringatan bagi semua pihak untuk bersama-sama mengakhiri stigma, diskriminasi, dan ketidaksetaraan dalam penanganan HIV/AIDS di Indonesia.

Peringatan ini sekaligus menjadi momentum memperkuat sinergi lintas sektor untuk berkontribusi dalam mewujudkan target global mengakhiri epidemi AIDS pada 2030.

Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi (PR-KMG) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mirna Widiyanti menerangkan, tiga tujuan utama untuk mengakhiri AIDS adalah tidak ada lagi infeksi baru, tidak ada lagi kematian akibat AIDS, dan tidak ada lagi diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Hal tersebut disampaikan dalam diskusi publik yang bertajuk BRIN Insight Every Friday (BRIEF) edisi ke-144 dengan tema “Hari AIDS Sedunia – Bersatu untuk Generasi Bebas HIV” pada Jumat (6/12/2024).

Baca juga: Peneliti BRIN Ungkap Fenomena Astronomi 2025, Parade Planet hingga Hujan Meteor

515.455 kasus kumulatif HIV/AIDS di Indonesia

Mirna menjelaskan, bahwa pada 2023 Indonesia mencatat 515.455 kasus kumulatif HIV/AIDS, dengan prevalensi HIV pada usia di atas 15 tahun sebesar 0,26 persen.

Mirna menambahkan, beberapa provinsi yang memiliki epidemi HIV meluas. Seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Papua.

Menurutnya, Papua, dengan prevalensi 2,3 persen, mencatat angka tertinggi dibandingkan rata-rata nasional sebesar 0,5 persen.

“Penurunan infeksi baru HIV sebesar 43 persen pada dekade 2010–2020 menunjukkan kemajuan, tetapi Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Target pada 2030 adalah menurunkan infeksi baru hingga di bawah 5.000 kasus per tahun,” tambahnya.

Strategi pengendalian HIV/AIDS

Mirna menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia telah menerapkan empat strategi utama dalam pengendalian HIV/AIDS di Indonesia.

Mulai dari pencegahan kombinasi melalui edukasi penggunaan kondom, pemberian alat suntik steril, terapi metadon, dan pemberian profilaksis pra dan pasca-pajanan (PrEP dan PEP).

“Upaya lainnya termasuk pencegahan penularan dari ibu ke anak melalui program PPIA, serta edukasi kesehatan reproduksi menggunakan pendekatan ABCDE (Abstinence, Be Faithful, Condom Use, Drug Avoidance, dan Education),” tuturnya.

Pemerintah juga telah melakukan surveilans dan pengujian. Dalam hal ini, tes HIV sudah tersedia di lebih dari 12.000 fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia.

Pemeriksaan viral load untuk memantau efektivitas terapi ARV juga tersedia di berbagai laboratorium.

Untuk penanganan kasus, terapi ARV yang optimal serta pengobatan infeksi menular seksual (IMS) menjadi prioritas. Penanganan IMS, seperti sifilis, gonore, dan herpes dianggap penting karena sering menjadi pintu masuk HIV.

Baca juga: BRIN Beri Beasiswa Program Degree By Research bagi S2-S3, Ada Bantuan UKT dan Riset

Upaya ini dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat dan agama serta media massa untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi terkait HIV/AIDS.



[ad_2]

Source link

Berita Terkait

Advertisement

Populer

Advertisement